BOJONEGORO, Lingkar.news – Sebuah film dokumenter bertajuk “Sebuah Asa dari Kampoeng Thengul” meraih penghargaan juara 3 dalam Screening dan Awarding Festival Dokumenter Budi Luhur (FDBL) tahun 2022. Film dokumenter ini mengangkat budaya kearifan lokal Desa/Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Wintari salah satu penggagas film dokumenter menyampaikan bahwa ia merasa sangat senang dan bangga dengan kerja keras semua tim. Karena film yang telah dibuat dapat dilihat dan diapresiasi oleh para penonton di Teater Perpustakaan Nasional RI di Jakarta, pada Rabu, 23 Maret 2023.
“Film-film yang ditampilkan merupakan film pilihan yang telah lolos proses kurasi dan seleksi sejak November 2022. Salah satunya film dokumenter karya pemuda Desa Sumberjo Kecamatan Margomulyo yang sekaligus meraih juara 3 film terbaik dan akan memulai episode baru pendistribusian dan penayangan di acara-acara selanjutnya,” kata Wintari, baru-baru ini.
Wiwin sapaan akrabnya yang juga salah satu pegiat Komunitas Margomulyo Youth Movement juga menuturkan bahwa film dokumenter tersebut mengangkat kearifan lokal Bojonegoro yang telah masuk menjadi warisan Budaya tak Benda yaitu Wayang Thengul.
“Tak hanya tentang Wayang Thengul, film ini juga menceritakan pula tentang sebuah dusun kecil di Margomulyo yaitu Dusun Kedungkrambil Desa Margomulyo Kabupaten Bojonegoro yang memiliki banyak potensi,” tuturnya.
Wiwin juga menuturkan bahwa potensi yang telah dikembang di Dusun Kedungkrambil diantaranya gerakan organik dalam pemberdayaan dan pelestarian Wayang Thengul lewat branding Kampoeng Thengul. Selain itu, berbagai kegiatan juga dilakukan, seperti les tari dan edukasi Thengul untuk menjaga kelestarian Wayang Thengul.
Sementara itu, Camat Margomulyo Kabupaten Bojonegoro Dyah Enggarini Mukti mengatakan bahwa tidak banyak orang yang seperti Wintari. Ia tidak hanya mengupayakan pelestarian tetapi juga menjadi penggerak masyarakat.
“Margomulyo patut berbagga memiliki talenta yang peduli dan sungguh-sungguh ingin berbuat nyata,” ujarnya.
Camat yang sering disapa Bu Enggar ini menambahkan bahwa pihaknya terus memberi support dan mendampingi langsung proses terbentuknya Kampoeng Thengul.
“Saya merasa bangga dengan proses yang dia jalani, bangga dengan pencapaian yang didapat. Namun untuk menjaga keberlanjutan, perlu dukungan banyak pihak, karena kami ingin budaya Thengul ini tetap lestari,” imbuhnya. (Lingkar Network | Lingkar.news)