Menkeu Purbaya Bandingkan Kondisi Ekonomi Era SBY Jokowi dan Prabowo

JAKARTA, Lingkar.news Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam rapat bersama Komisi XI RI membandingkan kondisi ekonomi era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.

Purbaya membeberkan kinerja ekonomi kedua pimpinan tersebut untuk mengurai dan menentukan langkah kebijakan ekonomi yang akan diterapkan pada masa kepemimpinannya.

Pada kesempatan itu Menkeu Purbaya menyinggung kebijakan fiskal dan moneter yang diterapkan pada kepemimpinan SBY dan Jokowi.

Pertama, Purbaya membandingkan pertumbuhan ekonomi nasional era SBY yang menyentuh 6% sedangkan Jokowi rata-rata hanya 5% atau lebih rendah.

“Kalau anda lihat di pertumbuhan uangnya base of money theory moneter itu zaman Pak SBY rata-rata tumbuh 17% lebih, akibatnya uang di sistem cukup dan kredit tumbuh hingga 22%,” terang Purbaya, Rabu, 10 September 2025.

Menkeu Purbaya Berencana Tarik Dana Pemerintah Rp 200 Triliun di BI

Menurut analisanya, meski di zaman SBY pembangunan infrastruktur tidak besar-besaran seperti saat ini, Menkeu menilai sektor swasta lebih hidup dan memiliki kontribusi dalam mendorong perekonomian.

“Walau tidak melakukan pembangunan habis-habisan namun private sector yang hidup menjalankan ekonomi. Ini berhubungan dengan rasio tax, kalau rasio tax jalan dia akan lebih banyak bayar pajak dibanding pemerintah. Tax ratio kita lebih tinggi 0,55 dibanding era Pak Jokowi,” bebernya.

Sedangkan di era Presiden Jokowi, Purbaya menjabarkan pertumbuhan ekonomi rata-tata 5% atau di bawah capaian presiden sebelumnya.

Menurut bendahara negara yang baru dilantik pada Senin, 8 September 2025 itu, kondisi ekonomi tersebut dipengaruhi rendahnya pertumbuhan uang yang beredar. Ia menyebut hanya 7% bahkan sempat 0% selama dua tahun sebelum terjadi krisis.

Alhasil, karena jumlah uang yang beredar rendah, maka ekonomi nasional pun seret. Dia menyebut mesin ekonomi pincang karena pihak swasta yang biasanya menggerakkan 90% perekonomian melambat, sementara pemerintah menjadi mesin penggerak utama.

“Uang tumbuh janya 7%, bahkan dalam dua tahun sebelum krisis uang tumbuhnya 0%. Memang ekonomi sedang dicekik, cuma saya tidak tahu waktu itu karena waktu itu saya di maritim,” terangnya.

Dia menyebut ketika diminta bantu Presiden Jokowi kala itu pun kaget karena mesin ekonomi yang berjalan tidak seimbang.

Kondisi ekonomi pemerintahan Presiden Prabowo dinilai Purbaya bisa serupa atau lebih buruj dari kedua pemimpin sebelumnya jika kebijakan fiskal dan moneternya sama.

“Jadi tugas saya di sini adalah menghidupkan dua mesin moneter dan mesin fiskal,” ucapnya.

Untuk menjalankan rencana tersebut, salah satu cara yang ditempuh Purbaya yakni mencairkan dana pemerintah Rp200 triliun ke lima bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Di sisi lain, ia juga akan memastikan belanja pemerintah diperbaiki lagi.

Jurnalis: Lingkar Network
Editor: Ulfa Puspa