Dinkes Surabaya gratiskan vaksin PCV guna lindungi balita dari pneumonia

Surabaya (LINGKAR.NEWS) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya memberikan layanan vaksinasi pneumonia atau imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) secara gratis bagi balita di seluruh Puskesmas. Langkah ini dilakukan untuk melindungi anak-anak dari risiko penyakit pneumonia yang kerap meningkat pada musim pancaroba.

Kepala Dinkes Kota Surabaya, Nanik Sukristina, menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari langkah antisipatif menghadapi potensi lonjakan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selama periode peralihan cuaca.

“Periode transisi cuaca ini berpotensi meningkatkan kasus penyakit pernapasan, dengan kelompok balita sebagai perhatian utama,” ujarnya di Surabaya, Kamis (23/10).

Menurut Nanik, imunisasi PCV bertujuan memberikan perlindungan spesifik dan kuat terhadap pneumonia yang merupakan salah satu komplikasi serius dari ISPA. Ia menyebut, tren kasus ISPA di Surabaya selama 10 tahun terakhir cenderung fluktuatif dan sangat dipengaruhi oleh faktor musiman, lingkungan, serta mobilitas penduduk.

“Meski tidak selalu meningkat tajam, musim pancaroba tetap menjadi periode kritis yang menuntut kewaspadaan ekstra,” tegasnya.

Sebagai langkah konkret, Dinkes Surabaya menerapkan tiga pilar utama untuk menghadapi potensi peningkatan kasus, yakni edukasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pemberian imunisasi PCV gratis, serta kesiapsiagaan fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes).

“Dinkes terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya PHBS, etika batuk dan bersin, serta penggunaan masker yang benar, baik di tempat umum maupun saat sedang sakit,” jelasnya.

Selain itu, vaksinasi PCV telah menjadi bagian dari Program Imunisasi Nasional sebagai garda terdepan perlindungan terhadap pneumonia dan infeksi berat lainnya pada balita. “Bagi masyarakat yang ingin mendapat perlindungan tambahan terhadap influenza, vaksinasi juga bisa dilakukan secara mandiri di fasilitas kesehatan swasta,” tambahnya.

Nanik menekankan, seluruh tenaga kesehatan (Nakes) diwajibkan melakukan deteksi dini terhadap gejala ISPA dan memberikan penanganan sesuai standar. “Hal ini penting untuk mencegah kasus ISPA ringan berkembang menjadi pneumonia,” tuturnya.

Dinkes juga terus melakukan pemantauan ketat terhadap kasus ISPA berat dan pneumonia, khususnya pada kelompok rentan seperti balita dan lansia. Untuk mempercepat penanganan, sistem diagnosis dan pelaporan kasus kini dilakukan secara cepat dan akurat di seluruh wilayah Surabaya.

“Kami menggunakan aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) Kemenkes RI untuk memantau kasus secara real-time. Dengan sistem ini, Dinkes dapat menganalisis tren kasus secara berkala dan segera mengambil langkah respons cepat jika terdeteksi lonjakan di wilayah tertentu,” pungkasnya. (Anta/Red)