DPRD Jatim Akan Usulkan Bantuan Rehabilitasi Ponpes SAQJ Situbondo

SITUBONDO, Lingkar.news DPRD Jawa Timur menyebut menyatakan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Syekh Abdul Qodir Jailani (Ponpes SAQJ) di Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, belum pernah mendapatkan bantuan pembangunan atau rehabilitasi dari pemerintah.

Anggota DPRD Jatim Zainiye menyatakan hal tersebut merespons kejadian atap asrama putri pondok tersebut ambruk pada Rabu, 29 Oktober 2025 yang mengakibatlan seoran santriwati meninggal, dan 18 lainnya luka-luka.

“Saat kami berkunjung dan diskusi dengan pengasuh pesantren, bantuan dari pemerintah untuk kegiatan lembaga pendidikan sudah mendapatkan perhatian, tapi untuk pembangunan dan rehabilitasi pesantren tidak pernah terealisasi,” kata Zainiye di Situbondo, Jawa Timur, Jumat, 31 Oktober 2025.

Menurut Zainiye, kondisi di lembaga pendidikan menjadi tanggung jawab bersama bagaimana ke depan agar kondisi infrastruktur asrama dan fasilitas pesantren itu memperoleh dukungan yang layak.

Santriwati Ponpes di Situbondo Tewas Usai Tertimpa Atap Asrama Ambruk

Zainiye mengatakan akan mengusulkan bantuan untuk pembangunan maupun rehabilitasi pesantren tersebut melalui program-program di DPRD Jawa Timur.

“Tentu ini menjadi perhatian dan tanggung jawab kami sebagai anggota dewan provinsi ke depan, bagaimana pesantren tersebut mendapatkan bantuan rehabilitasi maupun bantuan untuk pembangunan asrama,” ujarnya.

Legislator dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu menyampaikan musibah ambruknya atap bangunan asrama pesantren yang tidak pernah diharapkan itu tidak perlu menjadi kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan atau fobia. Dia menyebut peristiwa seperti itu bisa terjadi di mana saja dan tidak hanya di pondok pesantren.

Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Syekh Abdul Qodir Jailani dengan ratusan santri itu, katanya, pihak pengasuh tidak memungut biaya pendidikan, kecuali iuran Rp20.000 dan beras 15 kilogram per bulan per santri.

“Ada satu nilai penting yang bisa kita angkat dari pondok pesantren yang mengalami musibah ini, yaitu kemandirian pesantren. Bayangkan lebih dari 300 santri tidak dipungut biaya pendidikan apa pun,” katanya.

Zainiye menambahkan, kemandirian pesantren itu menjadi bukti ketulusan dan pengabdian pengasuh untuk mencerdaskan generasi muda yang tidak hanya ilmu pengetahuan, tapi juga membentuk akhlakul karimah.

“Kemandirian pesantren ini yang patut kita apresiasi, dan musibah ambruknya atap asrama putri di pesantren ini menjadi bagian perjalanan perjuangan dan pengabdian pengasuh membangun peradaban di pendidikan pesantren,” tuturnya.

Jurnalis: Anta
Editor: Ulfa Puspa