Lumajang, Lingkar.news – Gunung Semeru yang terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, dilaporkan erupsi beberapa kali dengan tinggi letusan hingga 600 meter di atas puncak pada Rabu (25/9).
Hasil pemantauan petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, jumlah erupsi gunung tertinggi di Pulau Jawa itu pada Rabu pukul 04.00 hingga 20.00 WIB tercatat sebanyak 10 kali.
“Erupsi pertama terjadi pada pukul 04.14 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 500 meter di atas puncak atau 4.176 meter di atas permukaan laut,” kata petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Ghufron Alwi dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang.
Menurutnya, kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat laut. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 119 detik.
Kemudian erupsi kedua terjadi pukul 04.50 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 600 meter di atas puncak dan kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu, dengan intensitas tebal ke arah barat laut. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 159 detik.
Selanjutnya erupsi Gunung Semeru berturut-turut pada pukul 08.10 WIB, pukul 09.27 WIB, pukul 10.57 WIB, pukul 11.04 WIB, pukul 11.08 WIB, pukul 19.02 WIB, pukul 19.17 WIB, pukul 19.26 WIB. Semuanya visual letusan tidak teramati karena tertutup kabut dan saat laporan itu dibuat erupsi masih berlangsung.
Ghufron menyebutkan bahwa Gunung Semeru masih berstatus Waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, kata dia, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak.
Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius tiga km dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Selain itu, kata dia, perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan. (rara-lingkar.news)