PATI, Lingkar.news – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau kondisi warga yang berada di Desa Doropayung, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah pada Rabu, 11 Januari 2023. Pasalnya, mereka sudah lebih dari 10 hari tinggal di tengah genangan air.
Dalam kunjungannya tersebut, Gubernur Ganjar mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan Pemerintah Desa (Pemdes) yang dengan sigap, tanggap darurat bencana. Beberapa bantuan juga turut diberikan mulai dari logistik, obat-obatan, hingga perahu karet.
Kendati demikian, dirinya menyesalkan sikap warga yang enggan mengungsi di tengah kepungan air setinggi lebih dari 1 meter.
“Kalau banjir ya ngungsi di posko, jangan berendam di air terus,” pinta Gubernur Ganjar kepada beberapa warga yang berada di teras rumah.
Ia juga meninjau para pengungsi yang berada di balai Desa Doropayung. Didampingi Pj Bupati Pati Henggar Budi Anggoro, orang nomor satu di Jawa Tengah itu kemudian meninjau dapur umum di Kantor Kecamatan Juwana guna memastikan stok logistik dan pangan bagi warga yang terdampak banjir.
Terkait penanganan pascabencana, terkhusus bagi nelayan yang kapal-kapalnya disinyalir menghambat arus air ke Laut Jawa, ia berjanji akan menangani dengan tepat.
“Tidak hanya normalisasi, termasuk tambatan perahu. Jika kita bisa selesaikan, kita ajak nelayan diskusi. Khusus Juwana harus kita tata betul, karena Juwana ini legend, terkenal produk perikanannya bagus, jadi sayang nanti jika terdistorsi dengan manajemen yang buruk. Ini sudah masuk menjadi obrolan saya dengan Pak Menteri,” tandasnya.
Menurutnya, dalam penanganan banjir di Kecamatan Juwana harus ada solusi tepat. Salah satunya dengan membangun tanggul. Di samping penyedotan limpasan air seperti penanganan banjir di Semarang.
“Kalau seperti ini nanti kita tentukan titiknya. Kita pompa, saya ambilkan pompa darurat 2-3 truk. Tapi masalahnya ada air dari sana (barat) ya percuma. Jadi nanti ditanggul,” terang Gubernur Ganjar.
Ia ingin instansi terkait yang dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUTR) bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) memetakan titik-titik yang nantinya akan ditanggul.
“Kalau diusulkan 2024 ya terlambat. Apa harus menunggu perubahan? Kita habisin saja APBD-nya, jadi ditanggul hari itu. Rp 200 juta menunggu 2024, pemerintah dimarahi rakyatnya,” tambahnya.
Menanggapi keinginan dari orang nomor satu se-Jawa Tengah ini, Pelaksana Tugas (Plt) DPUTR Pati Riyoso sepakat jika ke depan dibangun tanggul di sekitar sungai Juwana.
Jika toh akan disedot seperti penanganan rob di Semarang, ia menyebut upaya tersebut tak akan berhasil dilakukan di sini.
“Terkait banjir sudah bertahun-tahun. Untuk solusi jangka pendek kita tidak ada tempat penyedot. Misal disedot juga tidak ada tempatnya, karena ini dekat dengan laut. Air ini luberan dari Bendung Wilalung. Sehingga di sini tempat pembuangan,” ujar Riyoso.
Menurutnya, Pemkab Pati sudah mencoba mencegah banjir. Salah satunya dengan normalisasi sungai Juwana. Kendati demikian, hal tersebut bukanlah solusi jangka panjang dalam penanganan banjir di Kabupaten Pati.
“Normalisasi pernah kita lakukan di 2021. Tapi jangka panjang memang kita perlu bendungan (tanggul) di beberapa titik,” tandasnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Koran Lingkar)